Mahfud MD: Ada 800 Ribu Akun Medsos Gelap yang Jadi Tempat Bermainnya Buzzer

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan sampai tahun 2022 terdapat 800 ribu akun gelap di media sosial yang menjadi tempat buzzer atau pendengung "bermain". Mahfud menjelaskan, saat ini media sosial sudah menyaingi media media mainstream. Menurutnya, kelompok buzzer biasanya diorganisir dan bekerja tergantung siapa yang membayarnya. Ia juga menyoroti fenomena di lapangan bahwa ada buzzer yang dibayar untuk menjadi oposisi, namun ada juga yang mendukung pemerintah.

Namun Mahfud menyatakan tidak mengetahui siapa yang membayar mereka, termasuk buzzer buzzer yang dibayar untuk mendukung pemerintah. Mahfud kemudian membandingkan jumlah media mainstream dengan buzzer di Indonesia berdasarkan data terakhir yang dimilikinya. Media mainstream di Indonesia dalam artian memiliki penanggung jawab, kata dia, berjumlah sekira 1.000.

Hal tersebut disampaikannya pada pidato kuncinya dalam acara Seminar Nasional Literasi Media dan Politik Jelang Pemilu 2024: Mitigasi Konflik SARA dan Penguatan Partisipasi Warga di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (23/5/2023). Takut Agar Gula Darah Naik Usai Makan Nasi? Coba Tambahkan Bahan Ini saat Masak Nasi Firli Bahuri Mundur dari KPK, Ucapkan Terimakasih ke Jokowi

Jusuf Kalla Dukung AMIN di Pilpres 2024, Politisi Partai NasDem: Anies adalah Murid Politiknya Siapa Rizky Irmansyah, Ajudan Pribadi Prabowo yang Viral Joget Bareng Nikita Mirzani, Belum Menikah? Bacaan Doa di Malam Natal, Ungkapan Syukur kepada Yesus Kristus atas Kasih Sayang Nya

Ini 5 Pemain Persija Jakarta Berpotensi Hengkang Musim Depan, Dua Sosok Legenda Hidup Klub Warga Ukraina Siap %27Angkat Kaki%27 dan Ganti Kewarganegaraan Daripada Berperang Melawan Rusia "Tapi akun akun gelap, yang menjadi tempat bermainnya buzzer itu, sampai tahun kemarin, tahun 2022 itu jumlahnya 800 ribu. 1.000 lawan 800 ribu. Dan ini (buzzer) bikin berita saja seenaknya," kata Mahfud.

Sebelumnya, ia juga menjelaskan bahwa pemilu adalah salah satu perwujudan nyata dari demokrasi. Dalam konteks itu, salah satu pilar penting dari pemilu adalah pers atau media. Dia menceritakan pengalamannya ketika rapat dengan sejumlah tokoh terkait dengan perkembangan media atau dunia pers. Mahfud juga membandingkan bagaimana pers dibungkam di era Orde Baru, dengan pers saat ini yang telah bebas.

Namun, kata dia, saat ini pers sudah lemah secara ekonomi. "Kita gembira, masyarakat bebas, pers bebas. Tapi kemudian kalau kita lihat sekarang ini, pers itu sudah lemah secara ekonomis, tapi juga orientasinya oligarkis," kata Mahfud. "Saat ini, setahun sebelum pemilu bahkan, kita sudah bisa menyaksikan media A secara halus bahkan terang terangan mendukung kadidat A. Saya mendukung ini. Yang B mendukung B." "Preferensi pemilik modal juga sangat berpengaruh akan sikap dan pemberitaan media. Apalagi jika media dimiliki oleh pemilik yang jelas jelas berafiliasi dengan salah satu parpol, atau kandidat," ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *