Tingkat kepedulian masyarakat kita terhadap isu kesehatan mental beberapa tahun terakhir mulai mulai meningkat. Sayangnya, di sisi lain muncul self diagnosis atau masyarakat yang mengaku ngaku dirinya mengidap gejala gangguan psikologi tertentu. Misalnya, mencari artikel di search engine terkait gangguan kesehatan mental, kemudian mencocokkan dengan diri sendiri.
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (psikiater) dr Santi Yuliani, M.Sc.Sp.KJ ingatkan untuk jangan asal self diagnosis. "Kembali lagi tidak ada mesin yang bisa menggantikan pemeriksaan dokter secara langsung. Pemeriksaan dokter itu bukan hanya mencocokan gejala dengan diagnosis," ungkapnya pada talkshow virtual, Jumat (16/6/2023). Sebagai contoh, dua orang yang alami depresi datang ke psikolog yang sama.
Papasan dengan Lexus LX 570 Sport Berplat TNI, Peter F Gontha Curiga: Kayaknya Istri Pengusaha Kaya Halaman 4 Info Jadwal Terbaru dan Link Hasil Akhir Tes, Terjawab Kapan Pengumuman PPPK Guru 2023 Cara Cek Penerima Bansos BPNT Lewat HP Desember 2023, Tahap 5 Sudah Cair, Dapat Berapa?
Terjawab Sudah Tes CPNS 2024 Kapan Dibuka? Simak Info Terbaru soal Pembukaan Pendaftaran dan Formasi Ibu Kos Sudah Beri Peringatan, Aktor Sinetron TOP Bersyukur Nikita Mirzani Datang: Nggak Menyangka Halaman 4 Belum Terima Bansos BPNT dan PKH Bulan Desember 2023? Begini Solusinya
Warga Ukraina Siap %27Angkat Kaki%27 dan Ganti Kewarganegaraan Daripada Berperang Melawan Rusia Namun, meski sama sama didiagnosis depresi oleh psikolog, penanganannya bisa saja berbeda. Hal ini dikarenakan profil dan lingkungan masing masing orang berbeda.
"Apakah ada penyakit dari keluarga yang melatarbelakangi, apakah ada riwayat trauma atau tidak, bagaimana pekerjaanmu. Lalu bagaimana support sistem, pola hidup, ini sangat menentukan jenis terapi apa yang bisa diberikan," paparnya. Sehingga bisa saja obat dan terapi yang diberikan berbeda meski diagnosisnya sama. Seorang yang bekerja di bidang administrasi, tentu berbeda dengan mereka yang bekerja di bidang marketing.
"Ini akan berbeda statment yang digunakan terapi pun berbeda. Yang satu punya sakit maag disertai dengan cemas, yang satu punya vertigo dengan cemas, obatnya pun berbeda," tegas Santi. Dan hal ini, kata Santi tidak bisa dilakukan hanya lewat search engine semata. Belum lagi dibutuhkan pemeriksaan penunjang.
Di antaranya seperti laboratorium, pemeriksaan gelombang otak, dan tindakan lain untuk mendukung diagnosis. "Diagnosis bukan sekadar ini, sakitnya ini. bukan cocokin kayak bikin puzzle," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.